Tampilkan postingan dengan label Islam. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Islam. Tampilkan semua postingan

Kamis, 09 April 2020

MENCARI JALAN PULANG KEMBALI PADA FITRAH ALLAH


Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh..

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ

           Sekadar Perkongsian untuk diri ini
            Dan mana Yg tahu dan Paham
                         Maaf Zahir Batin 

                 MENCARI JALAN PULANG
             KEMBALI PADA FITRAH ALLAH
    MELAHIRKAN SEMULA BAYI MAKNAWIAH/.  
             TIFLUL MA'ANI/MANUSIA BARU

Salam sejahtera
Salam taffakur
Allahu Salamun Lailahaillallah Muhammadarrasulullah

Dalam pandangan Tasawuf umum maka Khawasul khawas adalah penekanan agar manusia wajib melihat Wajah Allah dengan menggunakan 9 wajahnya, hal ini berkait dengan 5X Solat fardu yang di dalamnya ada 9 Tashahud, maka pada waktu-waktu itulah wajah-wajah ini akan keluar, (melahirkan semula bayi maknawi)

Bahwa,
Kita harus mampu mencapai makna Hakekat manusia yang sebenar-benarnya, yang disebut “Tiflul Ma’ani” atau Bayi Ma’nawi.

** 9 Wajah itu bertajjali hakekatnya SATU jua **

Itulah yang di maksud dengan Hakekat SULUK.

Tujuannya semata-mata adalah DA’IMUN SHOLAT.
Mengosongkan diri dzahir dan batin, hanya berdiri Rohaniyah adanya.

“ATTAHILLANI SIFATUL MAZMUMAH WATTA HILLA BIHI SIFATUL MAHMUDAH”
Kosongkan diri dari sifat Mazmumah (sifat buruk dzahir dan batin) dan mengisi dengan sifat yang baik-baik.

Pemakaian dalam Sholah 5 waktu :
1. Mulai sholat, amaliyah, mesrakan mulai dari kepala sampai turun, itulah zuhud diri adanya.
2. Nafas turun kebawah, sambil turun naik disitu membaca Syahadat Ruh dan waktu menutup tahan dengan syahadat batin, zuhudkan Rupa kita dengan Laisa,
3. Tuh billah… tuh billah….

Yang diakui Allah Ta’ala (Rasulullah) adalah RAHASIA itu,
Bukan diakui dan yang diakui, tiada berbeda, melainkan IA jua yang mengakui,
Itulah Rasulullah SAW yang mengenalnya, IA jua yang mengagumi adanya,
Itulah sebenar-benarnya GAYATUL MAKRIFAT,

Baca-bacaan hanya menjalankan Syareat saja sebagaimana yang di bawa oleh junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW.
Dialah yang diakui, RAHASIA itulah Kuncinya.
Hanya IA menyembunyikan dirinya, tanpa di ingat karena sudah sedia adanya.

Hanya orang yang di KARUNIAI atau orang yang di BAI’AT atau orang yang di pimpin oleh ZURIAT Rasulullah SAW itulah yang akan DIKENALKAN bagi dirinya.

Yaitu lebih dzahir dan terlebih nyata diri dan segala yang nyata adalah Dzat Allah atau Nur yang awal-awal (HUWA) itulah rahasia Gayatul Makrifat.

Bermula yang bernama Rahasia AHDIYAH yaitu hidup,
Lalu berkehendak mendzahirkan dirinya disebut WAHDAH,
Manakala lanjutlah kehendaknya itulah namanya WAHDIYAH,

Kemudian menilik IA pada sifat Jalal dan Jamalnya maka dzahirlah IA pada alam Kudsi (Alif), isyarat pemakaian yang hakiki, sholat da'im namanya yaitu NUR MANIKAM,
Adapun alam Kudsi yaitu ubun-ubun bernama RABBUN,
Tujuh lapis langit itulah BAITUL MAKMUR namanya,
Dan tatkala rahasia itu berkehendak mendzahirkan dirinya SYAKULLAH namanya

Rahasia Allah itulah Nur yang awal-awal,
Tetap asyiknya SIRULLAH namanya,
Dan tatkala rahasia itu berkehendak di dada bapak, Tuh billah KUNTU KANZA MAKHFIYYAH namanya,
Dan tatkala rahasia pada pusat bapak Tik.. Tik..Nur Tik samar-samar, KANZA MADZI namanya,
Dan tatkala rahasia itu turun ke sulbi terus ke kolam DETIK MANI namanya,
Tatkala rahasia itu jatuh ke rahim ibu KUNTUM MANIKAM namanya, Nuktah rupanya,
Mengenal dirinya Allah atau tajjali SIFAT namanya,
Hanya dengan gerak Rabbun, tatkala IA jatuh berfirman :

“ASSALAMUALAIKUM WARAHMATULLAH”

Bernama IA RAHMATULLAH,
inilah sebabnya di dalam Sholat ada Salam dan Amin,

Lalu berfirman IA :

“AL INSANU SIRRI WA ANA SIRRUHU”

Ketika jatuh pada rahim itu hanya hidup di hari semalam,
Itulah berkekalan adanya,
SHOLAT DA’IM namanya,
Pemakaiannya satu gerak mesrakan dengan lembut, bernama IA ALLAH,
Keluar adalah rahasia diri, rahasia HUWA, hanya di ketahui saja adanya,

Tiga hari tiga malam NUR namanya,
Tiada huruf dan suara, GERAK PERINTAH namanya,
Ketika tujuh hari tujuh malam ZUHUD namanya,

Tahan nafas kembalikan diri kita,
Ujudkan, leburkan, diri tiada berdarah, berdaging, bertulang, berbulu, hanya semata-mata.

Ketika rahasia diri hidup 40 hari RUH namanya (daging segumpal).
Ketika rahasia diri hidup 4 bulan 20 hari mulai berbentuk rupa INSAN, Mudgah namanya,
Tujuh bulan tujuh hari MUHAMMAD namanya, hidup sempurna,
Tatkala IA lahir INSAN KAMIL namanya

Dzahir berupa insan ini suci lagi kamil,

Siapa yang mengetahui Ilmu ini maka sempurnalah dirinya dari dunia sampai akhirat.
Pasti akan kenal dengan RASULULLAH SAW.

Itulah yang hilang lenyap,
Itulah Rahmatullah,
Itulah Khawasul khawas,
Itulah Hakekat Insan,

Itulah Ilmu yang HAQ dari ZURIAT Rasulullah SAW.

Akhirul kalam,
Carilah sahabat yang bisa di ajak bergaul dari dunia sampai akhirat, karena Rasulullah SAW ‘tersenyum’ melihat kedudukan yang istimewa akan orang-orang yang cinta akan ilmu yang Haq ini.

*Wajah 9*
 1.      Sirrus sirr,
 2.      Sirr
 3.      Ahdah,
 4.      Wahdah,
 5.      Wahdiah,
 6.      Ahmad,
 7.      Muhammad ,
 8.      Mustafa
 9.      Mahmud.

Ada 9 (Sembilan) Tashahud juga yang kita lakukan dalam Sholat 5 waktu..

dan pada waktu-waktu itulah wajah-wajah ini akan keluar.

  “Inni Wajjahtu wajhiya lillazi fatar-as-samawati wal ard.....
laa syarikalahu wabizalika umirtu wa ana awwalul muslimin.”

Bagi mereka yang belum menjalani Maqam Solahuddaim, maka dia tidak dapat mengeluarkan wajah-wajah ini, karena apabila wajah Ahmad dan Muhammad keluar dan mereka tidak menapaki Maqam Solahuddaim maka itu artinya dia akan mati.

Hanya yang sudah mencapai Maqam Solahuddaim saja yang boleh keluarkan wajah-wajah ini.

Misalnya untuk pergi ke18.000 Alam, untuk beribadah atau menjalankan tugas Allah.  Banyaknya alam ini karena Allah RABBUL ALAMIN dan Nabi Muhammad juga RAHMATALLIL ALAMIN  dan kita RAHMATAN FIL ALAMIN..

Ilmu tentang wajah-wajah akan terbuka ketika telah menguasai Ilmu tentang Nafas, Anfas, Tanafas dan Nufus, setelah  melalui beberapa tahapan, misalnya dengan Nafas Ar-Rahman dan Wajah Ar-Rahman.

Dalam hal kita menapaki jalan Tasawuf yaitu jalan Hakekat dan Makrifatullah, diperlukan suatu keikhlasan dan kesungguhan oleh karena itu Guru yang Mursyid dan yang Kasyaf sangat diperlukan untuk memantau dari jarak jauh, maksudnya guru tahu apa yang anak murid mimpikan di malam hari.

Kemampuan untuk “DUDUK DALAM KALIMAH” penting, ini artinya kita harus menguasai Zikir Nafas dan penyucian diri, agar kita mampu menghalau semua yang akan datang mengganggu, mereka yang mencapai tahap suci ini akan dapat berjumpa dengan para Anbiya’ dan para Malaikat, dapat belajar langsung dari mereka, setelah itu akan dapat Bapak dan Ibu,guru “keruhanian” kemudian jika maqam meningkat maka akan diberikan nama Rahasia yang dengan nama inilah penghuni langit mengenalinya

Jika saja Roh dapat menembus 7 lapis langit,  maka tentu dapat juga menembus 7 lapis bumi, dan pastinya akan dapat  mengetahui rahasia-rahasia makhluk yang duduk di semua lapisan ini.

Dengan demikian mudahlah bagi mereka untuk menghantar balik makhluk yang asalnya dari lapisan-lapisan ini, pada keadaan ini biasanya gurunya terlebih dahulu sudah membuka rahasia huruf-huruf Muqotat, sebab ini merupakan kunci-kunci perbendaharaan untuk masuk kedalamnya

Bagi mereka yang sudah disahkan Mengenal Diri = Mengenal Allah, maka tidak ada yang dapat mengodanya dengan apapun jua, walau godaan tetap saja ada  dan juga bagi yang dapat mengenal Diri akan diberi Anugerah Kasyaf (tembus pandang) oleh Allah Ta’ala.

Bukti sudah mengenal Diri ialah ketika dia dapat mengeluarkan 9 wajahnya semua. Dan juga, ketika dia telah ditalqinkan oleh gurunya (kafan-kan) dan ketika pintu langit telah terbuka dan dia melihat semua isi langit : Sidratul Muntaha, Baitul Arsy, Arsyillah.

Puncaknya adalah ketika masuknya Al-Quran dari langit terus ke Dada dan mendapat kesempatan membaca Al-Quran di Sidratul Muntaha.

  Allah berfirman di dalam Hadis QudsiNya :

    “Hai hambaKu, bila engkau ingin masuk ke HaramilKu (Haramil Qudsiyah), maka engkau jangan tergoda oleh Mulki, Malakut, Jabarut karena alam Mulki adalah setan bagi orang Alim, Alam Malakut adalah setan bagi orang Arif dan Alam Jabarut adalah setan bagi orang yang akan masuk ke Alam Qudsiyah”.

Wajib bagi semua manusia mengetahui tahap mampu dirinya yaitu berada pada alam yang mana dan jangan mengaku-ngaku sesuatu yang bukan haknya.

     “Allah menyayangi orang-orang yang mengetahui kadar dirinya dan tidak melampaui batas perjalanannya menjaga lisannya dan tidak menyia-yiakan umurnya”. 

Seorang Alim harus mampu mencapai makna hakekat manusia yang disebut “Tiflul Ma’ani” (Bayi Ma’nawi).

Setelah itu harus mendidiknya dengan tetap melakukan Asma Tauhid dan keluar dari alam Jasmani ke alam Ruhani, yaitu alam As-Sirri yang di sana tidak ada sesuatu pun selain AlLah. Sirr itu seperti lapangan dari cahaya, tidak ada ujungnya. Inilah Maqam Al-Muwahidin.

Berusahalah untuk mencapai ke tahap itu melalui ajaran guru atau orang yang ahlinya. Ada di antaranya sengaja tidak diuraikan dengan lebih lanjut karena sebagiannya adalah rahasia yang perlu dibicarakan secara khusus.

    MELAHIRKAN SEMULA BAYI MAKNAWI = MEMULANGKAN AMANAH ALLAH 

Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani adalah SULTANUL atau QUTUBUL AULIA’ yakni Penghulu segala Wali wali Allah, maka wajarlah kita dalam mencari JALAN PULANG menjadikan beliau sebagai salah satu SUMBER rujukan.

    Petikan dari kitab “SIRRUR ASRAR” .

Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani menamakan kandungan itu sebagai TIFLUL MA’ANI atau BAYI MAKNAWI dan menjelaskan bahwa istilah itu merujuk kepada RUHKU ALLAH yang disebutnya sebagai RUH  AL-QUDSI.

1.  Makhluk pertama yang diciptakan Allah (baca ditajallikan) adalah RUH MUHAMMAD diciptakan dari Cahaya JAMAL ULLAH.

2.  Ruh Muhammad adalah RUH YANG TERMURNI sebagai makhluk pertama dan ASAL seluruh makhluk. Dari Ruh Muhammad itulah Allah menciptakan semua ruh di Alam LAHUT yakni NEGERI ASAL bagi seluruh manusia. maka kita sebut kita ini sebagai UMAT MUHAMMAD.

3.  Selanjutnya ruh-ruh (perhatikan bukan ruh tetapi ruh ruh) diturunkan ke Alam TERENDAH dimasukkan pada makhluk terendah yakni JASAD setelah membuat PENGAKUAN dihari PERJANJIAN dimana Allah bertanya  “Alastu birabbikum” = Bukankah Aku ini Tuhanmu ? Ruh menjawab, Benar Engkaulah Tuhan kami..

4.  Proses turunnya (ruh) adalah setelah ruh diciptakan di Alam LAHUT , maka diturunkan ke Alam JABARUT dan DIBALUT dengan CAHAYA JABARUT sebagai pakaian antara DUA HARAM disebut sebagai RUH SULTANI.  Selanjutnya diturunkan lagi ke Alam MALAKUT dan dibalut dengan cahaya MALAKUT dinamakan sebagai RUH RUHANI. Kemudian diturunkan lagi ke Alam MULKI dan dibalut dengan CAHAYA Mulki dinamakan RUH JASMANI.

5.  Untuk KEMBALI (jalan pulang) ke negeri asalnya (Alam LAHUT) manusia perlu beribadah, maksudnya ibadah disini adalah MAKRIFATULLAH.  Makrifat terwujud bila manusia dapat melihat indahnya sesuatu YANG TERPENDAM dan TERTUTUP didalam RASA di LUBUK HATI disebut sebagai KUNZA MAHFIYYAN = terpendam dan tertutup,  firman Allah : “ Kuciptakan makhluk agar mereka MengenalKu”.

6.  Alam Makrifat = Alam Lahut = Negeri Asal kita = Tempat Ruh Al-Qudsi = Bayi Yang Perlu Dilahirkan semula = AKU

7.  Yang dimaksudkan dengan Ruh Al-Qudsi  adalah HAKEKAT MANUSIA yang disimpan di LUBUK HATI,  Keberadaannya akan diketahui dengan MENGAMALKAN secara TERUS MENERUS Kalimah Syahadah “La Ilaha Illallah”

8. Ahli tasauf menamakan Ruh Al-Qudsi dengan sebutan TIFLUL MAANI ( bayi maknawi ) karena ia dari MA’NAWIYAH QUDSIYYAH

    Pemberian nama TIFLUL MAANI didasarkan kepada :

1.  Ia lahir dari HATI seperti lahirnya bayi dari RAHIM ibu dan ia diurus dan dibesarkan hingga dewasa (dengan gerak rasa)

2.  Bayi bersih dari segala kotoran dosa lahirriyah. Tiflul Maani juga bersih dari SYIRIK dan GHAFLAH (lupa kepada Allah)

3.  Tiflul Ma’ani HALUS dan SUCI

4.  Ia BERWUJUD seperti RUPA MANUSIA (itu) juga karena MANISnya bukan karena kecilnya dan dilihat dari AWAL ADA-nya, ia adalah MANUSIA HAKIKI (yang sebenar-benarnya kita atau manusia = A-KU) karena Dialah YANG BERHUBUNGAN LANGSUNG DENGAN ALLAH. (jasad tak dapat berhubung dengan Allah secara langsung /terus-menerus)

5.  Firman Allah melalui Hadith Qudsi :

    “AKU punya waktu khusus dengan Allah, Malaikat terdekat , nabi dan rasul tidak akan memilikkinya”

    “Kamu sekalian akan melihat Tuhanmu saperti kamu melihat sinar bulan purnama”. 

Al-Quran :

    “Wajah wajah orang MUKMIN pada hari itu BERSER-SERI”.

Yang dimaksudkan dengan MALAIKAT TERDEKAT = RUH RUHANI yang diciptakan di alam Jabarut.

Bila segala sesuatu SELAIN RUH AL-QUDSI masuk ke Alam LAHUT maka pasti akan TERBAKAR.

Dalil dari Hadist Qudsi yang lainnya :

1.  ILMU BATIN adalah RAHASIA diantara RahasiaKu. Aku jadikan didalam HATI hamba hambaKu dan tidak ada MENEMPATINYA kecuali AKU.

2.  Aku ini BERADA pada SANGKAAN hambaKu. Aku bersamanya ketika dia MENGINGAT –Ku. Bila dia mengingatKu pada HATI-nya, Aku pun mengingatnya pada Dzat-Ku.


    “ T A F A K U R “

Yang dimaksudkan dengan Hadits ini adalah manusia pada WUJUD MANUSIA yaitu di alam TAFAKUR

Hadits Baginda Rasul :

“Tafakur sesaat lebih besar pahalanya daripada IBADAH 70 tahun” .

Dan berfikir tentang MAKRIFAT kepada Allah , maka nilai tafakurnya lebih daripada beribadah seribu tahun. Ini adalah ALAM MAKRIFAT yaitu ALAM TAUHID.

  Wajhillah = Wajah Allah dalam al-Quran

Ayat-ayat berikut yaitu :  (2:115), (2:272) , (30:38), (30:39) dan (76:9) mempunyai rahasia yang besar dari segi hiraki manusia , pentabiran Allah swt kepada para Khalifah-khalifahNya yang merupakan
golongan Khawasul Khawas.
Ulasan ringkas : Ayat pertama yang menyebut Wajah Allah ialah Al-Baqarah : 115

Sejak awal menyatakan bahwa kepunyaan Allah-lah Timur dan Barat yang menekankan bahwa untuk melihat Wajah Allah kita harus meletakkan diri kita sebagai hamba yang tidak punya apa-apa sebab semuanya hak Allah.

Ini diakhiri dengan Surah Al-Insan ayat (76 : 9)

  Yang menekankan agar manusia wajib melihat Wajah Allah dengan menggunakan 9 wajahnya.
    5 ayat di bawah ini menjadi sandaran penting untuk Melihat Wajah Allah :

1. Terkait dengan 5X sholat fardhu  = waktu yang wajib untuk memandang Wajah Allah
2.  Terkait dengan 5 Ulul azmi = Muhammad saw, Isa as, Musa as, Ibrahim as dan Nuh as, yang menjadi pemandu kepada “Al Ghauts/Kembali” dalam melaksanakan tugasnya sebagai Ketua Khalifah
3. Terkait dengan 5 Naqib kepada Al-Ghauts = Qutb, Qut Al Bilad, Qutb Al Aqtab , Qutb Al Irshad , Qutb Al Mutasarrif.
4. Di bawah setiap 5 Naqib itu masing –masing ada = 7Budala (diketuai Qutb),
7Nujuba’ (diketuai Qutb Al Bilad), 7Nuquba’ (diketuai Qutb Al Aqtab ), 7Awtad
(diketuai Qutb Al Irshad) dan 7Ahyar (diketuai Qutb Al Mutasarrif).
5. Walaupun ini menunjukkan satu hiraki tegak terdapat juga hiraki mendatar yaitu Qutb lebih tinggi dari Qutb Al Bilad lebih tinggi dari Qutb Al Aqtab lebih tinggi dari Qutb Al Irshad lebih tinggi dari Qutb Al Mutasarrif.
6. Dalam masyarakat kita selalu disebut tentang kewujudan 40 Abdal, maka sebenarnya semua mereka yang di bawah Al Ghauts ini ada 40 orang. Mereka juga disebut “Rijalul Ghaib” dan maqam mereka adalah As Siddiqun dan Al Muqarrabun.
7. Mereka semua (1+40 orang) senantiasa melaksanakan Solahud Da’im karena mereka pilihan Allah (Ahlullah) dan senantiasa memandang Wajah Allah.
8. Mereka dan para Wali-wali Allah yang lain mengajak dengan ayat  (12 : 108)
mendapat limpahan Rahmat dari Allah seperti yang disebut dalam surah Yunus (10 : 62)
9. Dibawah ini adalah 5 ayat yang di dalamnya terdapat uraian tentang  tugas para Khalifah Allah swt, yaitu :


1.  Al-Baqarah 2 : 115

    ”Dan kepunyaan Allahlah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap maka disitulah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Mahaluas (rahmatNya) lagi Mahamengetahui”.


2. Al-Baqarah 2 : 272

    “Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk (memberi taufik) siapa yang dikehendaki-Nya. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), maka pahalanya itu untuk kamu sendiri. Dan janganlah kamu membelanjakan sesuatu melainkan karena mencari keridaan Allah. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan, niscaya kamu akan diberi pahalanya dengan cukup sedang kamu sedikit pun tidak akan dianiaya (dirugikan)”.

3. Ar-Rum 30 : 38

    “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah), (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah.

#MAHADIRI

                      Laa illaha illa ALLAH
         ۞اللّٰهم صَلِّ عَلَی  مُحَمَّدٍ وَعَلَی آلِ مُحَمَّدٍ ﷺ۞
              Innaalillah Waainna ilai Hiroji'un
            Laahaulawaala Quwataa illa Billah
                             Hil ali Yil azim 

                        🙏🌹❤️💘❤️🌹🙏

MENGENALI TUHAN MELALUI MARTABAT TUJUH / MARTABAT


Ajaran Martabat Tujuh itu berkaitan dengan hubungan vertikal antara manusia dengan Tuhan. Puncak dari hubungan tersebut adalah rasa bersatunya manusia dengan Tuhan atau yang terkenal dengan sebutan WAHDATUL WUJUD.

Mengenal Tuhan bisa dengan cara SYUHUDUL WAHDAH FIL KASRAH atau SYUHUDUL KASRAH FIL WAHDAH.

Artinya : "menyaksikan yang satu kepada yang banyak, atau menyaksikan yang banyak kepada yang satu".
Atau dengan berbagai cara tergantung kepada masing-masing guru yang mengajarkan, namun disini akan dibahas melalui metode martabat tujuh atau tujuh tingkat pengenalan diri, tujuh tingkatan itu adalah sebagai berikut :

1. MARTABAT AHADIAH.
Yaitu martabat LAA TA'YUN dan ITHLAQ. Ialah tahap yang belum mengenal individuasi, inilah martabat yang tersembunyi (kosong), namanya Dzat Mutlak. Hakikat ketuhanan. Tak seorangpun dapat meraih-Nya, bahkan nabi-nabi dan wali-walipun tidak. Para malaikat yang berdiri dekat Allah tidak dapat meraih hakikat Yang Maha Luhur, tak seorangpun mengetahui atau merasakan hakikat-Nya. Sifat-sifat dan nama-nama belum ada, sebuah manifestasi yang jelaspun belum ada. Hanya Dialah yang ada dan nama-Nya ialah " wujud makal" Dzat Yang langgeng, hakikat segala hakikat. Yang ada hanyalah kesepian dan kekosongan.

Siapakah gerangan yang tahu akan hal keadaan ini?
Adalah Martabat Tertinggi Ketuhanan. Tuhan gambarannya sebagai Dzat yang tidak bisa disebut dengan apa pun. Inilah Tuhan Sejati bagi manusia. Dalam Islam sering disebut dengan keadaan KUNHI DZAT atau DZAT SEMATA. Para sufi Indonesia menyebutkan dengan istilah "AKU". Pada keadaan ini, tidak ada sesuatu selain Dzat Tuhan. Kosong hampa. Sunyi-senyap. Tidak ada sifat, nama, atau perbuatan.
“Tiada satupun yang menyerupai-Nya. Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat”.

QS, Asy-Syuura 11
Hakikat Allah adalah Wujudnya, dan wujudnya sebenarnya adalah Dzatnya. Wujud-Nya Mutlak tidak mempunyai bentuk, rupa, had, awal dan akhir. Mestipun begitu Dia menzahirkan dalam berbagai bentuk dan rupa, walaupun begitu penzahiran ini berlaku tanpa perubahan dalam Dzatnya. Penzahiran ini dapat dianalogikan sebagai berikuti :
(ini cuma untuk memudahkan pemahaman tetapi keadaan sebenarnya bukanlah begitu)
Di malam bulan purnama yang terang, letakkan berbagai bekas yang dapat diisi air, setelah diisi air taruh ditempat terbuka/lapang, maka akan didapati bayangan bulan yang satu itu kelihatan dalam berbagai bekas yang ada airnya tersebut, dan bayangan bulan dalam bekas air itu tidak serupa antara satu dengan yang lain. Bayang-bayang bulan yang terdapat di dalam bekas air itu, adalah juga berbagai dari segi bentuk rupa dan saiz. Walaupun begitu banyak bayangan bulan, tapi bulan yang satu tetap tidak ada perubahan dari segi zatnya, bulan tetap seperti bulan yang asalnya. Dia sekarang tetap seperti Dia yang dahulu, dan kebalikannya Dia yang dahulu tetap seperti Dia yang sekarang. Tiada satupun yang besertanya, dan tidak satupun yang menyerupainya.

(Disinilah haqiqat awal ilmu syahadah)
2. MARTABAT WAHDAH.
Dalam Martabat Ahadiyat, Tuhan adalah Dzat yang Sifat-Nya Suci yang berdiri sendiri. Tak ada yang lain selain Diri-Nya. Dia rindu untuk dikenal, namun siapa yang akan mengenal-Nya karena tidak ada yang lain selain Diri-Nya. Tuhan berkehendak menciptakan makhluk agar Diri-Nya dikenal oleh makhluk tersebut. Inilah proses awal penciptaan. Tuhan hendak menciptakan makhluk. Untuk menciptakan sesuatu pastilah menggunakan bahan. Bahan tersebut diambil dari diri-Nya sendiri. Logis, karena tidak ada bahan lain selain Diri-Nya. Tidak tersisa ruang sedikitpun untuk selain Diri-Nya, maka otamatis Tuhan mengambil bahan dari Diri-Nya sendiri. Sebenarnya pencipaan ini lebih bersifat maknawi, Dia tidak pernah membuat sesuatu yang baru, namun hanya menampakkan Diri dengan penampakan lain atau TAJALLI. Tuhan menurunkan kualitas Diri-Nya, dari Dzat Mutlak yang teramat Suci menjadi dua sebagaimana dibayangkan akal. Tidak seperti itu sama sekali. Penurunan ini hanya sekedar ungkapan yang bermakna simbolis. Sama halnya dengan air laut yang menampakan diri dengan penampakan lain berupa gelombang. Sebenarnya tidak ada bedanya antara air laut dan gelombang, keduannya adalah satu juga. Inilah martabat Tuhan yang kedua yakni Martabat Wahdat. Dia sudah melakukan proses pencipaan pertama. Ciptaan pertama-Nya ini berupa Nur Muhammad atau Cahaya Muhammad. 

Ranggawarsita menyebutnya sebagai SYAJAROTUL YAQIN atau Pohon Keyakinan. Ibnu ‘Arabi menjabarkannya sebagai ASYAJAROTUL KAUN atau Pohon Kejadian. Cahaya ini memiliki nama agar mudah dikenali. Orang-orang Islam menyebut-Nya dengan sebutan Allah. Di berfirman : “Allah adalah Cahaya bagi langit dan bumi.” Nur Muhammad bukan Tuhan tapi juga bukan makhluk. Ia ada di tengah-tengah antara keduannya. Namun dalam Martabat Wahidiyat ini, Nur MUhammad lebih bersifat ketuhanan. Allah yang di sembah orang-orang hakikatnya adalah Tuhan yang sudah menurunkan Diri, bukan Tuhan Sejati. Tuhan Sejati itu adalah Dzat Mutlak atau "AKU".

Martabat ini adalah tingkatan Sifat secara keseluruhan dengan segala nama, disinilah hakikat Nabi kita Muhammad SAW, yaitu sebagai asal jadi dari segala yang jadi, HAWIYATUL ALAM atau Hakikat Alam. Segala apapun adalah dari pada Nur Nabi kita Muhammad SAW.
Sebagaimana sabda beliau :

“Mula-mula yang Allah jadikan adalah Nur Nabimu ya Jabir. Dan Allah jadikan dari pada Nur itu, segala sesuatu ini, dan engkau hai, Jabir termasuk daripada sesuatu itu".
Dalam Hadits lain Rosulullah SAW bersabda:

“Aku adalah daripada Allah, dan Orang Mu’min adalah daripada ku".

“Sesungguhnya Allah ciptakan Ruh Nabi Muhammad dari pada Dzat-Nya, lalu Allah ciptakan alam dengan rahasiah-Nya daripada Nur Muhammad SAW".
Adapun Alam Wahdah (Jabarut) adalah di dalam martabat Tain Awal artinya pernyataan yang pertama atau kecintaan yang pertama,

3. MARTABAT WAHIDIAYAH.
Penampakan atau tajalli Tuhan berikut ini adalah Martabat Wahidiyat yaitu ASMA’. Pada martabat ini, Nur Muhammad yang bernama Allah dan bersifat ketuhanan menurunkan Diri menjadi Nur Muhammad yang bersifat kemakhlukan. Maka cahaya ini tidak lagi sebagai Tuhan, namun sebagai makhluk yang masih berupa satu kesatuan cahaya. Disinilah terjadi proses pencitaan sebagaimana digambarkan oleh Ibn ‘Arabi dalam pohon kejadian yang tidak pernah putus mengalir. Benih tersebut berasal dari Cahaya Satu, dan Cahaya yang satu tersebut berasal dari Dzat-Nya.

Dimana dari Martabat Wahdat, terciptalah empat nur sebagai berikut :
1. NURUN (Cahaya) = Gambaran Cahaya Merah
2. HAWAAUN (Angin) = Gambaran Cahaya Kuning
3. MAAUN (Air) = Gambaran Cahaya Putih
4. TUROBUN (Tanah) = Gambaran Cahaya Hitam
Dan disebut juga NUR MUHAMMAD. Adalah berasal dari JOHAR AWWAL, dan cahaya yang empat diatas, adalah Hakikatnya ADAM, yaitu ASMA ALLAH. Gambaranya adalah sebagai berikut :
1. Cahaya Merah = Jadi Hakekatnya lafad Alif
2. Cahaya Kuning = Jadi Hakekatnya Lafad Lam Awwal
3. Cahaya Putih = Jadi Hakikatnya Lafad Lam Akhir
4. Cahaya Hitam = Jadi Hakikatnya Lafad Ha
5. Johar Awwal = Jadi Hakikatnya Tasydid.

Syari’atnya adalah Lafad ALLAH, itulah sumber semua makhluk yang berada di Tujuh lapisan Bumi, dan makhluk yang berada di Tujuh lapisan langit.
Demikian Halnya, RUKUN ISLAM juga berasal dari cahaya tersebut di atas, dan gambaranya adalah sebagai berikut :
1. Syahadat = Karena adanya Johar Awwal
2. Sholat = Karena adanya Cahaya Merah
3. Zakat = Karena adanya Cahaya Kuning
4. Puasa = Karena adanya Cahaya Putih
5. Naik Haji = Karena adanya Cahaya Hitam
Demikian halnya Waktu Sholat juga berasal dari cahaya yang sama dan gambaranya adalah sebagai berikut :
1. Subuh = Bagian Nabi Adam
2. Dzuhur = Bagian Nabi Ibrohim
3. Ashar = Bagian Nabi Nuh
4. Mahgrib = Bagian Nabi Isa
5. Isya = Bagian Nabi Musa.

Demikian juga Rukunnya Sholat 5 Perkara :
1. Berdiri
2. Takbiratul ikhram
3. Ruku
4. Sujud
5. Duduk.

Juga Para Sahabat empat, kelimanya Rosulullah :
1. Sahabat Abu bakar As Shidiq
2. Sahabat Umar bin Khatab
3. Sahabat utsman bin Affan
4. Sahabat Ali bin Abi Thalib
5. Kanjeng Rosulullah.

Mazhab juga berjumlah empat kelima Baitullah:
1. Mazhab Syafi’i
2. Mazhab Hanapi
3. Mazhab Hambali
4. Mazhab Maliki
5. Baitullah.

Demikian gambaran dari Asmanya Allah Ta’ala, Hakikatnya NUR MUHAMMAD adalah Cahaya yang empat kelima Johar Awwal. Inilah disebut empat kelima pancer.

Dari sini pula lahirnya “Kalam Qadim”.
“ANNAHU ANALLAHU".
Artinya : Aku-lah Allah. “ Dengan AKU ada, apa saja yang telah ada, dan dengan AKU pula akan ada apa saja yang akan ada. Maka adanya semua ‘alam ini adalah denganKU”. “AKU adalah Rahasia yang tersembunyi. Lalu AKU berkeinginan agar dikenal, kemudian AKU Ciptakan alam serta makhluk tidak lain agar mereka bisa Ma’rifat kepada AKU”.

“Alif Dzat adalah Mesra rahasiahnya pada segala zarrah, dan Ha adalah Hayatul Alam (Kehidupan alam semesta), dari situlah permulaannya dan menetapnya.”

Alif dan Ha yang dimaksud ini di I’tibarkan dari huruf-huruf yang tertera pada nama Nabi kita Muhammad SAW dengan nama yang lebih dikenal dilangit dengan sebutan “Ahmad”. Jadi, jelaslah, benih-benih kejadian berasal dari Cahaya Tuhan. Setiap penciptaan berasal dari-Nya. Setiap gerakan, tindakan, perkataan, pemikiran, angan-angan, semuannya bermula dari benih tersebut. Tidak ada satu gerakan pun dari makhluk yang lepas dari benih tersebut. Dalam martabat ini pula Tuhan melahirkan Kehendak-Nya. 

Kehendak atau Iradat tersebut Dia salurkan dalam setiap benih kejadian. Tumbuhlah benih tersebut menjadi akar yang menjalar ke bawah. Akar atau Kehendak Tuhan inilah yang menjadi pondasi setiap ciptaan, maka segala sesuatu memiliki akar kejadian yakni berada di bawah kendali Tuhan dan terjadi atas kehendak-Nya. Kehendak Tuhan merupakan ketetapan yang pasti atau takdir. Tuhan menyimpan taikdir tersebut di suatu tempat yang tersembunyi hingga tak satu pun yang mengetahuinya, kecuali orang-orang tertentu yang Dia beri kekuasaan untuk mengetahuinnya. Tuhan pun berfirman: ” 

Sesungguhnya Allah memiliki takdir (ketetapan) terhada segala sesuatu.” Dengan takdir inilah benih tersebut tumbuh keatas menjadi batang. Batang tersebut mampu tumbuh keatas karena memiliki kemampuan atau kudrat yang berasal dari Kudrat-Nya. Semakin tinggi batang itu naik hingga bercabang menjadi dua. Inilah sifat makhluk sejati, yakni bercabang menjadi dua yang saling berpasangan. Tuhan membuat keadaan makhluk menjadi berpasangan sebagai tanda kekuasaan dan kebesaran-Nya. 

Dia memerintahkan agar manusia mengenal dua sifat yang saling berlawanan ini, “Dan Aku menciptakan laki-laki dan perempuan agar mereka saling mengenal satu sama lain.” Ini menjadi petunjuk bagi manusia untuk tidak dalam penampakan kemakhlukan yang memiliki dua pasangan. Manusia yang masih mengagungkan salah satu sifat pasangan dan mengesampingkan sifat lainnya akan tersesat. Padahal dua-duanya berasal dari-Nya. Inilah martabat yang bersifat kemakhlukan namun masih menjadi satu dan belum terpisah-pisahkan. Semua kejadian makhluk masih berbentuk konsep yang tersimpan rapi dan terjadi di sisi-Nya. Adapun alam Wahidiyat (malakut) itu adalah pada mertabat Tain Sani artinya pernyataan yang kedua, maka dinamakan Ismul ASMA' Tuhan bernama WAHADIAH. Dinamakan Wahadiah itu adalah Zatul AHADIAH MAUSUP SIFATUL Wahdah.


Dinamakan juga A’YAN TSABITAH artinya : Benda-benda yang ada sebelum Dari wujudnya di luar. Tidak ada di sana itu melainkan zatnya dan segala sifatnya yang qadim ini, yaitu yang belum keluar lagi dari kalimat "KUN". Ia tidak mencium bau ada sekali-kali "kai-nun" yaitu setiap adanya itu ada permanen seperti ada jua. Benda-benda yang ada sebelum Dari wujudnya di luar.


Dinamakan AL Kanzul MAKHFI artinya perbendaharaan yang tersembunyi Dinamakan AL-'AMA artinya yang kelam atau gelap Dinamakan ALAM HAKIKAT, ROHANI, NYAWA ADAM, ALAM QALBI, ALAM akhirah, ALAM INSAN BATIN, ALAM KAYANGAN jadilah alam ROHANI Dinamakan nyawa Adam, ialah nyawa kita. Maka nyawa kita yang belum bertubuh dengan nama ROHANIUN. Maka Rohani itulah yang mendoakan jasadnya yang menjadi ADAM, maka jadilah Adam Awal. Di kala Tain Sani ada Nafi dan Isbat, berkumpul dan bercerai, karena itu Tuhan jadikan ALAM ROH dari alam malakut.

Maka dari alam Wahidiyat (malakut) itu turunlah :
1. ALAM RUH/ARWAH
2. ALAM MISAL
3. ALAM AJSAM
4. ALAM INSAN
Adapun Rohani itu Afa’al Muhammad
Adapun A’yan Sabitah itu Asma Muhamad
Adapun Insan itu Sifat Muhammad
Adapun Zatul Muqid itu Zat Muhammad.

Semua yang tersebut itu adalah baru, dari Afa,al Muhammad, maka jadilah Pohon Dunia, maka pohon dunia inilah yang dijadikan untuk tempat Roh-roh berjasad dengan lembaganya yang berupa manusia yaitu Adam. Dunia dijadikan supaya semua Rohani-rohani (Rohaniun) yang telah ada itu, yang di dalam Alam Roh itu agar dapat turun ke dunia dan memiliki tubuh yang dinamakan lembaga manusia dan dengan tubuhnya itu yang dinamakan jasad, dapatlah Rohani menunaikan tugasnya kepada Allah Taala sebagaimana yang diikrarnya.

Sebagaimana yang diisyaratkan oleh Firman :
'Alastu birabbikum, qolụ balaa syahidnaa, an taqụlụ yaumal-qiyaamati innaa kunnaa 'an haadzaa goofiliin. Bukankah Aku ini Tuhanmu?"
Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan : "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)",


QS. Al-'Arof 172.
4. ALAM ARWAH
Martabatnya adalah Af’al ( AF’ALULLAH ). Konsep atau skenario Tuhan tidak akan berwujud nyata jika tidak dimasukkan kedalam suatu wadah. Proses penampakan atau tajalli Tuhan berikutnya adalah menciptakan wahana bagi kehendak-kehendak-Nya tersebut. Dalam martabat ini, Tuhan menciptakan makhluk yang sangat halus yakni ruh. Ruh adalah sarana sebagai sumber kehidupan. Ruh itu berasal dari Diri Tuhan. Mula-mula, Ruh tersebut masih satu dan akhirnya terbagi-bagi menjadi banyak sekali. Bagian-bagian ruh tersebut siap untuk mengisi tiap-tiap bentuk yang akan diciptakan-Nya kemudian. 

Proses terciptanya alam dunia ini, bisa digambarkan dengan akliah seperti ini; Ibarat sebuah Proyektor film Alam Wahdat (Johar Awwal) digambarkan sebagai Sumber tenaga yang menghidupkan proyektor tersebut, sehingga mampu menghsasilkan cahaya yang pijar, dan dan Alam Wahidiyat (Nur Muhammad) digambarkan sebagai Kaca Lensa empat susun yaitu :
NURUN = Diibaratkan Lensa Merah
HAWAAUN = Diibaratkan Lensa Kuning
MAAUN = Diibaratkan Lensa Putih
TUROBUN = Diibaratkan lensa Hitam.

Kemudian kempat lensa tersebut di Sorot Kekuatan Super Cahaya “JOHAR AWWAL” dan keluarlah dari empat lensa tersebut gambaran :
Dari Lensa Merah = Keluarlah Api Alam Dunia
Dari Lensa kuning = Keluarlah Angin Alam Dunia
Dari Lensa Putih = Keluarlah Air Alam Dunia
Dari Lensa Hitam = Keluarlah Bumi Alam Dunia
Dengan Qodrat dan Iradat-Nya Allah Ta’ala, maka jadilah alam ini, dan disebut juga Alam Kabir, Demikian kejadian alam ini adalah dari NUR MUHAMMAD. 

Dinamakan NUR MUHAMMAD dan sekalian ruh yang keluar daripadanya itu yang berkelanjutan menajdi alam eksternal yaitu dari Nur Muhammad melalui kata "KUN" maka jadilah:
Alam goibul guyub :
- Arsyur Rahman
- Arsyul Azim
- Arsyul Karim
- Al Kursi A'azam
Alam nyata :
- Jabal Qaf
- 7 lapis bumi
- 7 lapis langit
- Segala galaksi dan Bumi tempat kita berada
Dinamakan ALAM ARWAH atau ROH yakni terkumpulnya arwah segala anbiya, mursalin dan segala mu'min.
Dinamakan ASHLUL ARWAH yaitu Mazh harul atam, Jadi "Khatamun nabiyin wa syaidul mursalin wa rahmatul lil alamin.

Dinamakan ALAM SUNYI dari tergantung dengan tabiat lagi basith.

Dinamakan juga CAHAYA MUHAMMAD, ALAM NYAWA, martabat WUJUDIAH, Alam di bawah kalimat "KUN", Pemerintah Alam Saghir dan Alam Kabir, TAIN TSALASA, ALAM ROH, NYAWA KITA.

Adapun Alam Roh lebih dahulu dijadikan Allah dari Dunia yang fana ini. Adapun Dunia ini adalah ibarat layar putih dan pentas ke Rohaniun itu yang datang ke dunia menjalankan tugas dan peran masing-masing, yang jadi seniman dengan lakunnya.

Keranan adanya Rohani, maka adanya Jawahir Basit yaitu :
A. FUAD
B. KALBUN
C. LABBIN
D. SUDUR
E. KABAD
F. SAUDA'
G. SYIFAP.

Maka semuanya itu adalah hal Roh, maka jadilah :
A. Berperang Sabil dengan nafsunya yang jahat
B. Membuat Ahsan
C. Melakukan Mujahidah masing-masing dengan tempat atau makamnya.

Dengan itu maka adanya jalan nafsu itu jadi dua yaitu :
A. Jalan nafsu yang bernama Hati Sanubari
B. Jalan nafsu yang bernama Hati Nurani.

Maka Roh-roh yang taat ada sisi Tuhan, setelah berganti dengan nama nyawa karena pada memiliki jasad masing-masing maka jadilah Roh itu tiga mertabat, Yaitu :
A. Martabat Amar Rabbi
B. Martabat Hati Nurani
C. Martabat Ubudiah.

Mana-mana Roh yang tidak taat setelah ada memiliki jasad masing-masing itu, maka jadilah tiga mertabat. Yaitu :
A. Dinamakan bangsa hewan,
B. Dinamakan bangsa setan,
C. Dinamakan bangsa hati sanubari.

Maka Alam Ruh itu adalah Alam Ghaib. Ia lebih adanya dari Dunia yang luas ini, di sanalah nyawa manusia yang sebelum bertubuh telah ada. Setelah 125 tahun Nur Muhammad itu telah ada dan semua nyawa-nyawa manusia itu di kenal dengan nama Roh, tetapi mertabat Ruh dewasa itu seperti mertabat binatang, karena tidak menanggung tugas dan tanggung jawab. Hanya setelah ia berjasad dan hidup di dalam dunia ini masing-masing memiliki tugas, maka barulah ada derajat masing-masing di sisi Tuhan dan nyawa itu tidak lagi disebut Ruh, hanya ketika jasad itu mati ia akan berpulang menghadap Allah Taala dengan nama Ruh, yaitu diri atau Jiwa.

Dengan nama Ruh ia dikenal dengan nama Ruhani pulan bin pulan tertulis kepadanya. Dengan nama jiwa ia di kenal dengan nama jiwa, misalnya :
A. Jiwa Amarah
B. Jiwa Lawamah
C. Jiwa Sawiah
F. Jiwa Natikah
E. Jiwa Mulhammah
F. Jiwa Mutmainnah
Maka pada jiwa itulah tertulis namanya pulan bin pulan, senang atau susah, bahagia atau celaka, menurut amal dan fielnya di dalam dunia ini menurut penilaian 'atikad-atikadnya dan tauhidnya serta makrifatnya kepada Allah Ta’ala.

5. ALAM MITSAL.
Martabatnya adalah “ILMU”. Adalah Alam segala rupa, perceraian Roh Muhammad.
Alam segala warna.
Alam Khayal.
Alam ARDHUS SIMSIMAH,
Alam Ardhul haqiqah.
Dan siapapun yang sudah Ma’rifat dengan asal kejadianya yaitu Hakikat ADAM, maka mereka sudahlah sampai pada PANGKAL MITSAL, Artinya sudah bisa menemukan Hakikat NUR MUHAMMAD, yaitu hakikat dari intisari bumi yang empat :
Cahaya merah
Cahaya kuning
Cahaya putih, dan
Cahaya hitam (Hakikat Muhammad).
Di dalam Alam Mitsal maka Roh Muhammad bercerailah dengan Roh-roh yang lain yang berbagai nama, tetapi pada mulanya dinamakan Rohaniun (Rohani-rohani).

Maka semua Rohaniun itu berasal dari Roh Muhammad Rasulullah SAW. Karena itulah dasar dan dasar dari Ilmu Rohani adalah kita wajib beriman :
A. Pada Allah Taala
B. Pada Nabi Muhammad SAW
C. Pada hari kiamat yang akan datang
Jika tidak berpegang pada dasar yang tiga diatas, maka bukanlah disebut spiritual dari orang-orang mukmin atau orang-orang Islam.

Ruh Muhammad itulah jadi Ruh seseorang, yang jadi nyawa seseorang, yang jadi hati seseorang, tetapi ia telah bercerai di dalam mertabat Alam Misal.

Segala ruh-ruh itu adalah jadi kata pepatah "Ulat lupakan daun". Nyawa-nyawa manusia yang bukan alim dalam Ilmu Ketuhanan, hanya Firman jalan nafsu yang bernama Hati Sanubari dengan syahwatnya dan jiwa raga yang memandang lahir alam ini semata-mata. Ibarat sesuatu yang telah tersusun dari bagian-bagian, tetapi masih bersifat halus, tidak dapat dipisah-pisahkan. Alam Misal adalah tingkat kelima dalam proses pentajallian Empunya Diri dalam menyatakan rahasia diri-Nya untuk di tanggung oleh manusia. Untuk menyatakan dirinya Allah SWT, terus menyatakan diri-Nya melalui diri rahasianya dengan lebih nyata dengan membawa diri rahasianya untuk di kandung pula oleh bapak yaitu dinamakan Alam Mitsal. 

Untuk menjelaskan lagi Alam Mitsal ini adalah dimana unsur rohani yaitu diri rahasia Allah belum menyatu dengan tubuh materi. Alam Mitsal jenis ini di alam malakut. Ia merupakan transisi dari alam Arwah (alam Ruh) menuju ke alam Nasut maka itu dinamakan ia Alam Mitsal di mana proses peryataan ini, perwujudan Allah pada martabat ini belum lahir, tetapi Nyata dalam tidak Nyata. Diri rahasia Allah pada martabat Wujud Allah ini mulai di tajallikan ke ubun-ubun bapa, yaitu perpindahan dari alam ruh ke alam Bapa (Mitsal).

Alam Mitsal ini terkandung ia di dalam "Walam yakullahu" dalam surat Al-Ikhlas yaitu dalam kondisi tidak bisa di bagaikan. Dan seterusnya menjadi "Madi", "Wadi", "Mani", yang kemudian di salurkan ke satu tempat yang berafiliasi di antara diri rahasia batin (ruh) dengan diri kasar Hakiki di dalam tempat yang disebut rahim ibu. Maka terbentuklah apa yang di katakan "Manikam" ketika terjadi bersetubuhan diantara laki-laki dengan perempuan (Ibu dan Bapak) Perlu diingat tubuh rahasia pada masa ini tetap hidup sebagaimana awalnya tetapi di dalam kondisi rupa yang elok dan tidak binasa dan belum lagi lahir. Dan ia tetap hidup tidak mengenal ia akan mati.
6. AlLAM AJSAM.

Martabatnya adalah “Hakikinya Manusia” setelah adanya dunia. Allah menciptakan manusia (Adam) dengan menyuruh Malaikat turun ke alam dunia guna mengambil saripati dari sari Api, Sari Angin, Sari Air, Sari Bumi, kemudian melalui proses menjadi :
Saripati BUMI menjadi Kulit Bulu Adam
Saripati Api menjadi Darah Daging Adam
Saripati AIR menjadi Urat Balung Adam
Saripati ANGIN menjadi Otot Sumsum Adam
Dengan kuasanya Allah Ta’ala terjadilah Lafadz MUHAMMAD
Mim, Ha, Mim, Dal.

Yaitu CAHAYA :
Hitam menjadi hakikat lafadz Mim awal
Putih menjadi hakikat lafadz Ha
Kuning menjadi hakikat lafadz Mim Akhir
Merah menjadi hakikat lafadz Dal
Jauhar Awal menjadi hakikat Tasjid
Secara syariat menjadi lafadz Muhammad, atau sebaliknya menjadi lafadz Allah.
Mim Awal dari lafadz MUHAMMAD menjadi KEPALA Adam Ha dari lafadz MUHAMMAD menjadi DADA Adam Mim Akhir dari lafadz MUHAMMAD menjadi PUSAR Adam Dal dari lafadz MUHAMMAD menjadi KAKI Adam Ketika itu masih belum bisa bergerak, tergeletak, seperti wayang golek. Kemudian diberi lubang sebanyak empat yaitu:
Lubang Mata
Lubang Telinga
Lubang Hidung, dan
Lubang Mulut.

Kemudian kepada lubang-lubang itu dimasukkan NUR MUHAMMAD. Kejadian itu menyebabkan berfungsinya indra dan bergerak hidup. Jelasnya hidupnya manusia itu syariatnya dengan adanya Cahaya. Begitu juga matinya dengan tidak adanya cahaya. Bila sudah tidak ada Cahaya, si jasad/jasmani atau jagad saghir, sudah tidak ada lagi kekuatannya terbukti gampang ambruknya jadi lemah dan mati. Begitu juga dengan Nur Muhammad di jagad kabir yaitu di alam dunia yang paling kuat. 

Tidak ada daya kalau tidak adanya cahaya yaitu Matahari, bulan, bintang tentu saja akan rusak alam dunia ini yang tinggal hanya gelapnya, api tinggal panasnya, air tinggal dinginnya, angin tinggal hawanya. Lalu siapa yang akan mengisinya atau penghuninya neraka, neraka ini tidak lain Idajil la’natullah dan semua ruh manusia yang tidak bisa kembali lagi kepada Allah ta’ala disebabkan waktu didunia terkena godaan syaitan lantaran tidak beriman kepada Allah dan Rasulullah.

Sebetulnya Idajil itu adalah Malaikat kekasih Allah. Sebabnya ia dimurkai Allah, dia disuruh turun ke dunia sebelum adam tercipta sampai dengan tiga ribu tahun dan tidak kembali ke surga lagi. Dia kerasan tinggal di dunia. Maka Allah menetapkan tempatnya Idajil nanti di neraka paling bawah. Karena pembangkangnya Idajil menerima saja. Tetapi dengan permohonan izin untuk menggoda anak cucu Adam yang akan dijadikan temannya di dunia dan di neraka; Allah mengijinkannya kecuali hamba Allah yang beriman kepada Allah dan Rasulullah saja yang tidak bisa menjadi temannya.

Kita kembali kepada diciptakannya Adam Majazi itu dari sari pati Api, Angin, Air, dan Bumi tanpa ada keempat unsur ini tidak akan tumbuh dan berkembang hidup baik berupa kehidupan tumbuh-tumbuhan, binatang bahkan manusia sekalipun, renungkanlah baik-baik. Bahwa semua yang hidup ini saling berkaitan bersirkulasi, berkorelasi menjadi sistem yang diterapkan Allah di alam semesta ini. Selanjutnya setelah ada Adam dan Babuhawa atau ibu bapak / orang tua kita, buah-buahan, daging dan lain sebagainya yang dimakan lebih dahulu oleh kita menjadi wadi, madi, mani, manikem, bertemu kontak dengan Nur Muhammad cahaya yang empat perkara tadi, terjadilah jabang bayi di dalam rahim ibu (mengandung). Bila ada yang tidak jadi, karena tidak bertemu kontaknya dengan Nur (Ruh) dengan kuasanya Allah yang berwenang menjadikannya, kita sebagai manusia tidak ada kekuasaan, tidak ada daya dan upaya hanya sekedar menjadikan sebab untuk itu ditempati Ruh-Nya.

Ketika bayi di dalam kandungan belum ada nyawa, baru ada hidup saja yaitu ruh suci karena itu tidak ada rasa apa-apa, ketika lahir dari perut ibu, ruh suci kontak artinya bertemu dengan hawa alam dunia ini yaitu dari Bumi, Api, Angin, Air. Kemudian bernafaslah dia dengan sifatnya nyawa. Hakikatnya nyawa ialah rasa jasmani, pada waktu itu mata terbuka belum bisa melihat, kuping belum bisa mendengar, hidung belum bisa mencium, mulut belum bisa bicara hanya ada suaranya saja. Setelah diberi air susu atau makanan apa saja yang berasal dari saripati Bumi, Angin, Api dan Air tadi, saripati yang empat ini menjadi Darah yang ada empat macam :

1. Darah yang hitam dari saripati Bumi, adanya pada kulit, membesarkan kulitnya bayi, hawanya keluar melalui mulut hingga bisa berbicara.
2. Darah yang merah dari saripati Api, adanya pada daging, membesarkan dagingnya bayi, hawanya keluar melalui telinga hingga bisa mendengar.
3. Darah yang Putih dari saripati Air, adanya pada tulang, membesarkan tulang bayi, hawanya keluar melalui mata hingga bisa melihat.
4. Darah yang Kuning dari saripati Angin, adanya pada sumsum, membesarkan sumsum bayi, hawanya keluar melalui hidung hingga bisa mencium dan merasa.

Setelah bayi membesar kulitnya, membesar dagingnya, membesar tulangnya, membesar (banyak) sumsumnya, maka keluarlah hawanya yaitu nafsu yang ada empat yaitu:
1. Nafsu Amarah;
2. Nafsu Lawamah;
3. Nafsu Sawiyah;
4. Nafsu Mutmainah
Semuanya itu adalah bukti dari adanya segala keinginan yang buruk dan keinginan yang baik. Begitulah bukti tumbuh dan berkembangnya jasad ini, walaupun ada tenaga, akal pikiran, beserta penglihatan, pendengaran, ucapan dan penciuman juga rasa, tidak ada kemampuan kecuali dengan pertolongan ruh api, air, angin dan bumi. Apa sebabnya itu bisa terjadi? Tidak lain segala apa yang terjadi darinya itu, supaya peralatan itu harus digunakan dan dimanfaatkan untuk kehidupan.

Peralatan-peralatan tadi harus digunakan untuk menge-tahui kepada asalnya yaitu Allah ta’ala supaya nanti kita bisa sempurna membawanya pulang/kembali kepada Allah ta’ala. “Innalillahi wa inna ilaihi raji’un”. Hanya manusia yang mempunyai ilmunya saja yang mampu menyempurnakan ruh-ruh sealam dunia yang membawa balik kepada Allah ta’ala. Makanya ruh-ruh sealam pada masuk ke dalam diri manusia, apalagi ruh bumi, api, air dan angin itulah yang sehari-harinya bersama kita baik yang halal maupun yang haram, yang bersih dan yang kotor, yang najis dan yang mubah semuanya ikut masuk. Walaupun pada kenyataannya tidak dimakan, tapi apabila ada anjing, babi yang mati di air, tentu bangkainya di makan ikan, lalu ikan di makan manusia. Kalau mati didarat jadi pupuk diserap oleh tumbuh-tumbuhan, lalu buahnya di makan manusia. Jelaslah sudah bahwa manusia ini menjadi tempat lalulintas menyebrangnya ruh-ruh se alam dunia kembali kepada Allah ta’ala. Keterangan lainnya :
A. Ruh Api akan menjadi neraka panas
B. Ruh Air akan menjadi neraka dingin
C. Ruh Bumi akan menajdi neraka gelap
D. Ruh Angin/Hawa akan menajadi neraka sengatan neraka yang menggigit/menyengat nyawa manusia.

7. ALAM INSAN.
Adapun Alam Insan atau disebut juga dengan Alam Insan Kamil. sudah terkandung didalam surah Al-Ikhlas Diri manusia pada martabat INSANUL KAMIL adalah sebatang diri yang suci mutlak pada zahir dan batin. Tiada cacat dan celanya dengan Allah s.w.t. yaitu tuan Empunya Rahasia, sebab itu Rasulullah s.a.w pernah menegaskan dalam sabdanya, bahwa kelahiran seorang bayi itu dalam kedaan yang suci, tetapi yang membuatnya menjadi kotor itu adalah ibu bapaknya dan masyarakat, serta hanyutnya manusia itu sendiri di dalam gelombang godaan kehidupan di dunia ini. Adalah menjadi tanggung jawab seorang manusia yang ingin menuju ke jalan kesucian dan makrifat kepada Allah Ta’ala untuk mengembalikan dirinya ke suatu tahap yang bernama manusia KAMIL atau AL-KAMIL (sempurna) ataupun dinamakan tahap martabat Alam INSAN.

Dinamakan juga ALAM HIMPUNAN SEGALA ALAM yakni bersatunya alam yang tujuh :
Ahdat
Wahdat
Wahdiat
Alam Arwah
Alam Mitsal
Alam Ajsam
Alam Insan Kamil
Adapun Alam Insan itu, perhimpunan pada segala martabat. Pada sisi Allah martabat Insan itu tiga hal :
1. Martabat manusia Rabbubiah, yaitu Insan Khusus Ul Khusus.
2. Martabat manusia Mausup, yaitu Insan Kamil Wa Mukamil.
3. Martabat Insan Ubudiah, yaitu Insan Kamil Mukamil.

Maka Pada Alam ini Allah Ta’ala menurunkan Diri menjadi manusia sempurna sebagai gambaran Diri-Nya yang sempurna. Melalui manusia sempurna inilah Dia menikmati hasil ciptaan-Nya. 

Maka manusia dibekali akal dan hati sebagai sarana kehadiran Tuhan. Kelebihan utama manusia dibanding dengan makhluk lainnya adalah kemampuan untuk menampung kehadiran Tuhan hingga menjadi wakil (khalifah) bagi-Nya. Melalui manusia sempurna inilah harapan-Nya untuk mengenal dan dikenal akan terlaksana.

1. Akal Manusia Adalah Singgasana Kemakmuran-Nya.
2. Hati Manusia Adalah Singgasana Kemuliaan-Nya.
3. Sifat Malu Manusia Adalah Singgasana Kesucian-Nya.
Ketiga bagian tubuh manusia ini menjadi sarana vital kehidupan, sebagai tempat hadirnya Tuhan untuk menikmati keelokan hasil karya-Nya. Sedangkan Alam Insan itu sendiri, terbagi dalam beberapa bagian , yang juga banyak disebut dalam banayak keterangan, diantaranya :
1. Dinamakan Insan (Rahasia Allah)
2. Dinamakan Insan Kamil
3. Dinamakan Insan Kamil dan Mukamil
4. Dinamakan Insan Mukamil
5. Dinamakan Insan Sawaan
6. Dinamakan Insan Sawaatun
7. Dinamakan Insan Batin
8. Dinamakan Insan Zahir
9. Dinamakan Insan Mutaiz
10. Dinamakan Insan Ghaib
11. Dinamakan Insan Nakus (Insan Hewan)
12. dinamakan Insan Syaitani
Demikianlah penjelasan singkat tentang martabat tujuh, semoga bisa mendekatkan paham dan Semoga bermanfa'at untuk kita semua. AAmiin

BY Nhea ChoerNhea
BY Datung La

TOPIK MINGGU

KEPENGURUSAN BALADHIKA KARYA KABUPATEN BANYUASIN

SURAT KEPUTUSAN : Nomor : SK/42/DEPIDER/BK/VI/2016. TENTANG KEPENGURUSAN BALADHIKA KARYA KABUPATEN BANYUASIN.  "MAJU TERUS PANTANG MUND...