Sabtu, 25 April 2020

Melalui Pembahasan yang Cukup Alot Akhirnya LKPJ Bupati Banyuasin Tahun 2019 Disepakati DPRD

TRIBUNUS,BANYUASIN - Melui masa yang cukup alot ahirnya menemukan kata sepakat yang tentunya keputusan yang dihasilkan dapat dipertanggungjawabkan oleh masing-masing OPD serta Pimpinannya. Terkait dengan pembahasan yang dilalui oleh Panitia Khusus (Pansus), akhirnya DPRD Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan, menyerahkan sejumlah rekomendasi terkait Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Bupati Banyuasin selama tahun 2019 pada sidang paripurna DPRD Banyuasin, Rabu (22/04) Kemarin.

Keputusan DPRD tersebut berisi catatan strategis dan koreksi terhadap arah kebijakan Pemerintah Daerah, Kebijakan Pengelolaan Keuangan Daerah, penyelenggaraan urusan Desentralisasi, tugas-tugas pembantuan dan tugas umum pemerintah yang dilaksanakan pada tahun anggaran 2019.

Sidang Paripurna Istimewa ini  dipimpin Ketua DPRD Banyuasin Irian Setiawan didampingi Wakil-wakilnya yakni Sukardi SP, Noor Ismatudin dan Ahmad Zarkasih. Juga hadir Bupati Banyuasin H Askolani SH MH , Sekda Banyuasin Senen Har, Sekwan Banyuasin Sopian Permana SH, Msi, anggota DPRD Banyuasin serta Kepala OPD, (24/04/2020)

Baca juga :

Catatan dan rekomendasi terhadap LKPJ tersebut disusun berdasarkan pengantar LKPJ akhir tahun 2019. Laporan Pansus I dan II DPRD Banyuasin, serta masukan dan saran yang berkembang dalam rapat tim perumus.

Ada sejumlah catatan dan rekomendasi DPRD Banyuasin di antaranya terkait kuantitas guru pada setiap jenjang pendidikan, infrastruktur sekolah, melakukan penyebaran tenaga medis, perawat bidan dan dokter. “Ini akan menjadi evaluasi, agar kedepannya lebih baik lagi,” kata Ketua DPRD Banyuasin Irian Setiawan SH MSi.
Wakil Ketua Noor Ismatudin menyampaikan,  berdasarkan laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Banyuasin (LKPJ) sebagai progres report kinerja penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah yang dicapai selama tahun anggaran 2019 disusun berdasarkan RKPD adalah bentuk nyata pemerintah yang efektif, transparan dan akuntabel.

Ditambahkan Ismatudin, untuk melakukan perbaikan penyelenggaraan pemerintah daerah kedepan, DPRD perlu memberikan rekomendasi atas LKPJ tahun anggaran 2019.
Berdasarkan kebijakan umum pengelolaan keuangan, pertama  pemerintah daerah harus mampu meningkatkan pendapatan daerah dengan menggali potensi sumber daya yang ada secara terencana, rasional, proporsional dan realistis.

Kedua, OPD harus menggunakan anggaran yang telah dianggarkan secara maksimal berdasarkan rencana kegiatan yang telah disetujui. Ketiga, penyusunan program pelaksanaan dan pelaporan kegiatan harus disusun secara jelas dan transparan. Selain itu data yang disampaikan dalam LKPJ harus disusun secara rinci dan sinkron.
Bupati Banyuasin H. Askolani  mengucapkan terimakasih dan apresiasi terhadap rekomendasi yang telah disampaikan DPRD Banyuasin terhadap Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Bupati  tahun 2019 “Rekomendasi ini tentunya akan menjadi perhatian kami untuk melangkah di masa mendatang,”katanya.

Ditambahkan Askolani hasil yang telah dicapai kurun waktu tersebut tentunya belum dapat direalisasikan sesuai dengan yang harapkan. “Masih terdapat berbagai kendala dan hambatan yang harus kita tuntaskan baik ketersediaan dana dan sumber daya manusia (SDM) yang berkompeten di bidangnya,” ucapnya. (rn).

Kamis, 09 April 2020

Dekonstruksi Kematian Seiring Dengan Pandemik Virus Corona Covid-19

Tribunus.co.id - Banyuasin berita kematian menggempur kita sekarang ini. Di berbagai belahan dunia, pandemik dan konflik membuat kita terjebak dalam kecemasan. Setiap hari, jumlah korban terus bertambah. Tanpa kejernihan dan sikap kritis, semua ini bisa membuat orang tenggelam dalam ketakutan yang justru membunuhnya.

Glenn Fredly, salah satu musisi terbaik di Indonesia, juga baru saja meninggal. Dia adalah tokoh yang menginspirasi begitu banyak musisi di Indonesia. Figurnya kuat dan penuh warna. Kematiannya membuat kita semakin takut dan cemas, terutama di tengah pandemik yang terus diberitakan secara tak seimbang oleh media maupun pemerintah.
Suatu pembuktian atau pun bisa dibilang contoh yang nyata terkait Viral Video Walikota Prabumulih Ridho Yahya Tak Takut Corona, Sebut "Libur Sekolah Tak Hilangkan Wabah" pernyataan tersebut dianggap oleh netizen terlalu berani seorang Wali Kota dengan tidak ragu2 memberi pernyataan yang seharusnya Kepalah daerah lain lakukan bicara jujur (Fakta sesungguhnya Fakta lapangan) dari pernyataan ini lah saat ini heboh dengan video Wali Kota Prabumulih, Sumatera Selatan, Ridho Yahya yang mengatakan bahwa libur sekolah tak akan membuat virus corona berkurang.

"Aku tanya sekarang, apakah dengan libur, ada penelitian yang mengatakan libur sekolah, corona penyakit tidak datang?" ujar Ridho.

Ia menjelaskan bahwa ia ingin menunggu adanya penelitian, yang menunjukkan korelasi antara libur sekolah dengan virus corona.

"Coba (apakah) ada penelitian, libur anak-anak sekolah, penyakit berkurang, korona berkurang?" tanya Ridho. 

"Penyakit bukan untuk ditakuti, penyakit untuk dihadapi, karena itu akan terjadi, hadapi, gak perlu kita takut," 

Saat ditanyakan lagi tentang libur sekolah dan libur pemerintah, Ridho menjawab jika ada jaminan kalau virus corona akan hilang dengan libur sekolah.

"Kalau ada jaminan (karena) libur korona hilang, libur kita," jelas Ridho.

Ridho juga menjelaskan bahwa ia akan mengumpulkan pegawai untuk menggelar doa bersama dan rapat.

"Kita rapat bukan cuma biar Prabumulih terhindar dari corona, terhindar dari seluruh berbagai macam penyakit, yang penting itu minta dengan Tuhan. Itu yang penting, bukan lari dari kenyataan," katanya.

"Tinggal kita mawas diri, kalau lapar cepat-cepat makan, kuatkan fisik kita," jelasnya.

Dalam video yang diunggah oleh seorang pengguna Twitter terlihat, Ridho bahkan menempelkan tangannya pada beberapa wartawan yang mewawancarainya.

Setelah pernyataan Walikota Prabumulih ini viral di publik tidak berselang beberapa hari langsung dinyatakan Warga Prabumulih banyak yang positif terkena virus corona kok sepertinya pemerintah pusat paksa pemerintah daerah untuk membuat panik, rasa ketakutan masyarakat dan menciptakan penyakit corona biar masyarakat banyak terkena penyakit corona.

Padahal, pemerintah menghimbau untuk tidak melakukan kontak fisik, guna mencegah penyebaran virus corona.

Sebelumnya, Kota Prabumulih ditetapkan sebagai zona merah penularan dan penyebaran COVID-19 namun walau di tetapkan zona corona tidak ada warga masyarakat prabumulih yang terkena virus corona.

“Suatu wilayah yang sudah ada kasus transmisi lokal maka ditetapkan sebagai zona merah,” ujar Juru Bicara Gugus Tugas Penanganan COVID-19, Yusri.

Bertambahnya kasus di Prabumulih keseluruhannya merupakan penularan transmisi lokal dari seorang pasien EF (54 tahun) yang sudah meninggal dunia akibat terpapar virus corona.

Namun, jika disadari lebih dalam, kematian selalu mengintai kita setiap saat. Sejak lahir, kita selalu sudah menuju kematian. Bahkan, Martin Heidegger, pemikir Jerman, memahami manusia sebagai makhluk yang berada menuju kematian (Sein zum Tode). Setiap detiknya, sejak kita lahir, sebenarnya, kita sudah selalu sekarat.

Kita sering lupa akan hal ini. Kita merasa, kematian adalah sebuah perkecualian. Kematian dianggap sebagai peristiwa luar biasa. Tidak. Kematian itu sealami angin bertiup, dan burung bernyanyi.

Pandangan Salah

Sayangnya, kita sering diracuni oleh pandangan salah tentang kematian. Kita hidup dalam masyarakat yang punya pandangan sesat tentang kematian. Kematian dianggap kekalahan. Lihat saja film-film yang diputar di media. Kematian adalah kekalahan final dari musuh yang dibenci.

Maka, kematian harus dihindari. Orang harus hidup sehat, supaya usianya panjang. Orang harus berdoa keras, supaya diberikan umur panjang. Apapun caranya, kematian harus dihancurkan dari kehidupan.

Kematian pun dianggap penyakit. Inilah pandangan para teknolog modern yang mencoba menyiasati kematian. Kemajuan teknologi rekayasa genetik seolah memungkinkan hal ini. Pandangan sesat ini hanya membuat kita bingung, dan menderita, ketika kematian menjemput.

Bagi mereka yang masih muda dan sehat, kematian terasa jauh. Kerap kali, mereka merasa, bahwa mereka tak pernah mati. Tubuh sehat. Tabungan berlimpah. Karir gemilau. Siapa punya waktu untuk berbicara atau berpikir soal kematian?

Kematian pun lalu hanya menjadi berita di media. Kematian, dengan kata lain, selalu terjadi pada orang lain. Namun, tak lama, kematian pasti datang. Ia bisa menjemput teman atau kerabat, tetapi juga bisa menjemput diri kita.

Kematian, pada akhirnya, hanya soal antri. Siapa yang duluan yang berangkat? Siapa yang belakangan? Hanya itu pertanyaannya. Tak ada perkecualian.

Dekonstruksi Kematian

Di awal 2020, Sadhguru, seorang Yogi asal India, menulis buku yang menggemparkan dunia. Judulnya adalah Death: An Inside Story (Kematian, Kesaksian dari Orang yang Telah Mengalaminya). Ia berkata, “Ini adalah buku untuk mereka yang akan mati.” Pendek kata, inilah buku untuk kita semua.

Buku ini berbicara tentang kematian secara lugas. Tidak ada filter dari penulis. Ia menuliskan seluruh pengetahuan dan pengalamannya tentang kematian. Saya sendiri merasa agak ngeri, ketika membaca buku ini secara intensif.

Berbicara kematian, Sadhguru tidak mengutip kisah-kisah. Ia menolak untuk berbicara dongeng tentang kematian. Tak ada surga yang digunakan untuk menipu orang. Tak ada neraka yang digunakan untuk menakuti orang. Tak ada manipulasi khas agama-agama sesat.

Sejatinya, bagi Sadhguru, kita tidak pernah mati. Yang ada hanya perubahan. Kita terus hidup, namun dengan cara hidup yang baru. Kita berpindah dari satu dimensi ke dimensi lainnya.

Perubahan (yang disebut “kematian”) tersebut terjadi secara perlahan. Ketika tubuh rusak, entah karena sakit atau kecelakaan, orang tak langsung pergi. Energi keluar secara perlahan dan bertahap. Di beberapa tempat, orang bahkan bisa kembali hidup, setelah ia dinyatakan meninggal oleh dokter.

Setelah “Kematian”

Perubahan (kematian) tersebut terjadi sesuai dengan pola kehidupan yang sebelumnya dijalani. Setiap orang punya kebiasaan dalam hidupnya. Kebiasaan itulah yang tersisa sebagai energi, ketika orang “mati”. Di dalam tradisi India, kebiasaan itu disebut juga sebagai karma, yakni pola tindakan kita yang membentuk kepribadian dan kebiasaan.

Misalnya, kita biasa berbuat jahat. Kita biasa berbuat tidak adil dalam hidup. Kita biasa menindas. Kita biasa iri dan dengki pada orang lain.

Setelah kematian, kebiasaan membenci dan jahat inilah yang tersisa. Tidak ada lagi kepribadian. Yang ada hanya energi yang suka jahat dan membenci. Penderitaan pun tak bisa dihindari.

Sebaliknya, jika kita hidup dalam sikap baik dan penuh kasih, itulah yang tersisa, ketika kita “mati”. Kita menjadi energi lembut yang penuh kebaikan. Kita menjadi energi yang juga penuh dengan kebahagiaan. Maka dari itu, sangatlah penting bagi kita untuk hidup baik dan saling mengasihi.

Setelah itu, energi yang ada akan mencari tubuh baru. Inilah dasar berpikir untuk proses kelahiran kembali, atau reinkarnasi. Energi jahat dan penuh kebencian akan menemukan tubuh yang jahat dan penuh kebencian. Energi yang baik dan penuh kasih juga akan menemukan tubuh yang baik dan penuh kasih.

Sadhguru juga menekankan pentingnya meditasi. Dalam arti ini, meditasi adalah jalan untuk melatih kesadaran. Kita belajar untuk sadar sepenuhnya dari saat ke saat di dalam hidup kita. Kita tidak hanyut ke dalam pikiran ataupun emosi, melainkan tetap bangun dan sadar dalam segala keadaan.

Ketika “mati”, kesadaran yang terlatih bisa membuat kita terbebas dari derita. Kita bisa memilih untuk dilahirkan kembali, atau tidak. Dalam tradisi Asia, orang yang tidak terlahir kembali adalah orang yang bebas. Ia telah mengalami Mukti, Moksa atau Nirvana. Jika energi sadar ini memilih untuk terlahir kembali, maka ia akan menjadi orang yang hebat, baik orang suci atau penguasa besar.

Keluarga dan Apa yang Tersisa

Bagaimana dengan peran keluarga di dalam “kematian”? Sadhguru menegaskan, bahwa keluarga sebaiknya menjauh di dalam proses kematian. Kehadiran keluarga bisa membuat orang gelisah, entah karena kenangan lama, ataupun kekecewaan yang belum selesai. Karena gelisah dan cemas, orang lalu tak bisa “meninggal” dengan tenang.

Jika orang telah dirasa untuk mendekati “kematian”, maka ia perlu dibiarkan hidup sendiri di alam terbuka. Hutan dan pegunungan bisa menjadi tempat yang tepat. Ia harus melihat dirinya sebagai bagian dari alam, dan akan kembali ke alam itu sendiri. Hanya dengan begini, “kematian” bisa menjadi proses yang damai dan melegakan.

Seringkali terjadi, keluargalah yang tak bisa melepas. Disini pentingnya ritual, yakni untuk membantu keluarga melepas yang telah “mati” dengan damai. Ada berbagai bentuk ritual pengantar kematian. Setiap peradaban punya ciri khasnya masing-masing.

Barang-barang orang yang telah meninggal harus segera disebar ke berbagai tempat. Keluarga tak boleh memilikinya secara eksklusif. Paling baik, barang-barang dari orang yang meninggal disumbangkan untuk mereka yang sungguh membutuhkan. Dengan ini, energi yang terlepas pada proses “kematian” bisa pergi dengan damai, tanpa ikatan.

Hantu?

Sebenarnya, kita ini semua adalah hantu. Kita adalah energi. Ada energi yang masih ada di dalam tubuh. Ini berarti orang masih hidup. Ada energi yang sudah terlepas dari tubuh, dan disebut “mati”.

Setelah “mati”, kepribadian menghilang. Yang tersisa adalah energi dengan kebiasaan tertentu. Kerap kali energi tersebut belum lenyap secara utuh. Ia masih tersisa, dan menjadi hantu bagi banyak orang.

Sebabnya beragam. Biasanya adalah ikatan yang amat kuat dengan dunia, atau dengan keluarga yang ditinggalkan. Ikatan yang begitu kencang, sehingga menarik energi hidup seseorang, sehingga tak bisa pergi dengan sempurna.

Hantu semacam ini tak ada akal sehat. Ia tak memiliki kehendak. Ia juga tak memiliki kepribadian. Ia hanya energi yang tersisa, dan sekedar ada. Ada beberapa ritual untuk melenyapkan hantu. Artinya, energi tersebut bisa didorong untuk kembali melebur seutuhnya dengan semesta.

Kematian adalah Kehidupan

Pada akhirnya, kematian adalah kehidupan itu sendiri. Kematian adalah perubahan semata dari satu cara hidup, ke cara hidup lainnya. Maka, ia tak perlu ditakuti. Ia juga tak perlu ditabukan.

Kematian perlu dipahami apa adanya. Ia perlu dipandang dengan sehat dan obyektif. Hanya dengan begini, orang bisa menjalani proses kematian dengan tenang dan damai. Hidupnya pun juga dijalani dengan penuh kelegaan.

Akhirnya kata, untuk Glenn Fredly dan para korban pandemik maupun konflik di seluruh dunia, tak ada kata selamat tinggal. Yang lebih tepat adalah, selamat menempuh hidup baru. Itulah yang sesungguhnya terjadi. Semoga menemukan pencerahan di kehidupan selanjutnya. (rn).

MENCARI JALAN PULANG KEMBALI PADA FITRAH ALLAH


Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh..

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ

           Sekadar Perkongsian untuk diri ini
            Dan mana Yg tahu dan Paham
                         Maaf Zahir Batin 

                 MENCARI JALAN PULANG
             KEMBALI PADA FITRAH ALLAH
    MELAHIRKAN SEMULA BAYI MAKNAWIAH/.  
             TIFLUL MA'ANI/MANUSIA BARU

Salam sejahtera
Salam taffakur
Allahu Salamun Lailahaillallah Muhammadarrasulullah

Dalam pandangan Tasawuf umum maka Khawasul khawas adalah penekanan agar manusia wajib melihat Wajah Allah dengan menggunakan 9 wajahnya, hal ini berkait dengan 5X Solat fardu yang di dalamnya ada 9 Tashahud, maka pada waktu-waktu itulah wajah-wajah ini akan keluar, (melahirkan semula bayi maknawi)

Bahwa,
Kita harus mampu mencapai makna Hakekat manusia yang sebenar-benarnya, yang disebut “Tiflul Ma’ani” atau Bayi Ma’nawi.

** 9 Wajah itu bertajjali hakekatnya SATU jua **

Itulah yang di maksud dengan Hakekat SULUK.

Tujuannya semata-mata adalah DA’IMUN SHOLAT.
Mengosongkan diri dzahir dan batin, hanya berdiri Rohaniyah adanya.

“ATTAHILLANI SIFATUL MAZMUMAH WATTA HILLA BIHI SIFATUL MAHMUDAH”
Kosongkan diri dari sifat Mazmumah (sifat buruk dzahir dan batin) dan mengisi dengan sifat yang baik-baik.

Pemakaian dalam Sholah 5 waktu :
1. Mulai sholat, amaliyah, mesrakan mulai dari kepala sampai turun, itulah zuhud diri adanya.
2. Nafas turun kebawah, sambil turun naik disitu membaca Syahadat Ruh dan waktu menutup tahan dengan syahadat batin, zuhudkan Rupa kita dengan Laisa,
3. Tuh billah… tuh billah….

Yang diakui Allah Ta’ala (Rasulullah) adalah RAHASIA itu,
Bukan diakui dan yang diakui, tiada berbeda, melainkan IA jua yang mengakui,
Itulah Rasulullah SAW yang mengenalnya, IA jua yang mengagumi adanya,
Itulah sebenar-benarnya GAYATUL MAKRIFAT,

Baca-bacaan hanya menjalankan Syareat saja sebagaimana yang di bawa oleh junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW.
Dialah yang diakui, RAHASIA itulah Kuncinya.
Hanya IA menyembunyikan dirinya, tanpa di ingat karena sudah sedia adanya.

Hanya orang yang di KARUNIAI atau orang yang di BAI’AT atau orang yang di pimpin oleh ZURIAT Rasulullah SAW itulah yang akan DIKENALKAN bagi dirinya.

Yaitu lebih dzahir dan terlebih nyata diri dan segala yang nyata adalah Dzat Allah atau Nur yang awal-awal (HUWA) itulah rahasia Gayatul Makrifat.

Bermula yang bernama Rahasia AHDIYAH yaitu hidup,
Lalu berkehendak mendzahirkan dirinya disebut WAHDAH,
Manakala lanjutlah kehendaknya itulah namanya WAHDIYAH,

Kemudian menilik IA pada sifat Jalal dan Jamalnya maka dzahirlah IA pada alam Kudsi (Alif), isyarat pemakaian yang hakiki, sholat da'im namanya yaitu NUR MANIKAM,
Adapun alam Kudsi yaitu ubun-ubun bernama RABBUN,
Tujuh lapis langit itulah BAITUL MAKMUR namanya,
Dan tatkala rahasia itu berkehendak mendzahirkan dirinya SYAKULLAH namanya

Rahasia Allah itulah Nur yang awal-awal,
Tetap asyiknya SIRULLAH namanya,
Dan tatkala rahasia itu berkehendak di dada bapak, Tuh billah KUNTU KANZA MAKHFIYYAH namanya,
Dan tatkala rahasia pada pusat bapak Tik.. Tik..Nur Tik samar-samar, KANZA MADZI namanya,
Dan tatkala rahasia itu turun ke sulbi terus ke kolam DETIK MANI namanya,
Tatkala rahasia itu jatuh ke rahim ibu KUNTUM MANIKAM namanya, Nuktah rupanya,
Mengenal dirinya Allah atau tajjali SIFAT namanya,
Hanya dengan gerak Rabbun, tatkala IA jatuh berfirman :

“ASSALAMUALAIKUM WARAHMATULLAH”

Bernama IA RAHMATULLAH,
inilah sebabnya di dalam Sholat ada Salam dan Amin,

Lalu berfirman IA :

“AL INSANU SIRRI WA ANA SIRRUHU”

Ketika jatuh pada rahim itu hanya hidup di hari semalam,
Itulah berkekalan adanya,
SHOLAT DA’IM namanya,
Pemakaiannya satu gerak mesrakan dengan lembut, bernama IA ALLAH,
Keluar adalah rahasia diri, rahasia HUWA, hanya di ketahui saja adanya,

Tiga hari tiga malam NUR namanya,
Tiada huruf dan suara, GERAK PERINTAH namanya,
Ketika tujuh hari tujuh malam ZUHUD namanya,

Tahan nafas kembalikan diri kita,
Ujudkan, leburkan, diri tiada berdarah, berdaging, bertulang, berbulu, hanya semata-mata.

Ketika rahasia diri hidup 40 hari RUH namanya (daging segumpal).
Ketika rahasia diri hidup 4 bulan 20 hari mulai berbentuk rupa INSAN, Mudgah namanya,
Tujuh bulan tujuh hari MUHAMMAD namanya, hidup sempurna,
Tatkala IA lahir INSAN KAMIL namanya

Dzahir berupa insan ini suci lagi kamil,

Siapa yang mengetahui Ilmu ini maka sempurnalah dirinya dari dunia sampai akhirat.
Pasti akan kenal dengan RASULULLAH SAW.

Itulah yang hilang lenyap,
Itulah Rahmatullah,
Itulah Khawasul khawas,
Itulah Hakekat Insan,

Itulah Ilmu yang HAQ dari ZURIAT Rasulullah SAW.

Akhirul kalam,
Carilah sahabat yang bisa di ajak bergaul dari dunia sampai akhirat, karena Rasulullah SAW ‘tersenyum’ melihat kedudukan yang istimewa akan orang-orang yang cinta akan ilmu yang Haq ini.

*Wajah 9*
 1.      Sirrus sirr,
 2.      Sirr
 3.      Ahdah,
 4.      Wahdah,
 5.      Wahdiah,
 6.      Ahmad,
 7.      Muhammad ,
 8.      Mustafa
 9.      Mahmud.

Ada 9 (Sembilan) Tashahud juga yang kita lakukan dalam Sholat 5 waktu..

dan pada waktu-waktu itulah wajah-wajah ini akan keluar.

  “Inni Wajjahtu wajhiya lillazi fatar-as-samawati wal ard.....
laa syarikalahu wabizalika umirtu wa ana awwalul muslimin.”

Bagi mereka yang belum menjalani Maqam Solahuddaim, maka dia tidak dapat mengeluarkan wajah-wajah ini, karena apabila wajah Ahmad dan Muhammad keluar dan mereka tidak menapaki Maqam Solahuddaim maka itu artinya dia akan mati.

Hanya yang sudah mencapai Maqam Solahuddaim saja yang boleh keluarkan wajah-wajah ini.

Misalnya untuk pergi ke18.000 Alam, untuk beribadah atau menjalankan tugas Allah.  Banyaknya alam ini karena Allah RABBUL ALAMIN dan Nabi Muhammad juga RAHMATALLIL ALAMIN  dan kita RAHMATAN FIL ALAMIN..

Ilmu tentang wajah-wajah akan terbuka ketika telah menguasai Ilmu tentang Nafas, Anfas, Tanafas dan Nufus, setelah  melalui beberapa tahapan, misalnya dengan Nafas Ar-Rahman dan Wajah Ar-Rahman.

Dalam hal kita menapaki jalan Tasawuf yaitu jalan Hakekat dan Makrifatullah, diperlukan suatu keikhlasan dan kesungguhan oleh karena itu Guru yang Mursyid dan yang Kasyaf sangat diperlukan untuk memantau dari jarak jauh, maksudnya guru tahu apa yang anak murid mimpikan di malam hari.

Kemampuan untuk “DUDUK DALAM KALIMAH” penting, ini artinya kita harus menguasai Zikir Nafas dan penyucian diri, agar kita mampu menghalau semua yang akan datang mengganggu, mereka yang mencapai tahap suci ini akan dapat berjumpa dengan para Anbiya’ dan para Malaikat, dapat belajar langsung dari mereka, setelah itu akan dapat Bapak dan Ibu,guru “keruhanian” kemudian jika maqam meningkat maka akan diberikan nama Rahasia yang dengan nama inilah penghuni langit mengenalinya

Jika saja Roh dapat menembus 7 lapis langit,  maka tentu dapat juga menembus 7 lapis bumi, dan pastinya akan dapat  mengetahui rahasia-rahasia makhluk yang duduk di semua lapisan ini.

Dengan demikian mudahlah bagi mereka untuk menghantar balik makhluk yang asalnya dari lapisan-lapisan ini, pada keadaan ini biasanya gurunya terlebih dahulu sudah membuka rahasia huruf-huruf Muqotat, sebab ini merupakan kunci-kunci perbendaharaan untuk masuk kedalamnya

Bagi mereka yang sudah disahkan Mengenal Diri = Mengenal Allah, maka tidak ada yang dapat mengodanya dengan apapun jua, walau godaan tetap saja ada  dan juga bagi yang dapat mengenal Diri akan diberi Anugerah Kasyaf (tembus pandang) oleh Allah Ta’ala.

Bukti sudah mengenal Diri ialah ketika dia dapat mengeluarkan 9 wajahnya semua. Dan juga, ketika dia telah ditalqinkan oleh gurunya (kafan-kan) dan ketika pintu langit telah terbuka dan dia melihat semua isi langit : Sidratul Muntaha, Baitul Arsy, Arsyillah.

Puncaknya adalah ketika masuknya Al-Quran dari langit terus ke Dada dan mendapat kesempatan membaca Al-Quran di Sidratul Muntaha.

  Allah berfirman di dalam Hadis QudsiNya :

    “Hai hambaKu, bila engkau ingin masuk ke HaramilKu (Haramil Qudsiyah), maka engkau jangan tergoda oleh Mulki, Malakut, Jabarut karena alam Mulki adalah setan bagi orang Alim, Alam Malakut adalah setan bagi orang Arif dan Alam Jabarut adalah setan bagi orang yang akan masuk ke Alam Qudsiyah”.

Wajib bagi semua manusia mengetahui tahap mampu dirinya yaitu berada pada alam yang mana dan jangan mengaku-ngaku sesuatu yang bukan haknya.

     “Allah menyayangi orang-orang yang mengetahui kadar dirinya dan tidak melampaui batas perjalanannya menjaga lisannya dan tidak menyia-yiakan umurnya”. 

Seorang Alim harus mampu mencapai makna hakekat manusia yang disebut “Tiflul Ma’ani” (Bayi Ma’nawi).

Setelah itu harus mendidiknya dengan tetap melakukan Asma Tauhid dan keluar dari alam Jasmani ke alam Ruhani, yaitu alam As-Sirri yang di sana tidak ada sesuatu pun selain AlLah. Sirr itu seperti lapangan dari cahaya, tidak ada ujungnya. Inilah Maqam Al-Muwahidin.

Berusahalah untuk mencapai ke tahap itu melalui ajaran guru atau orang yang ahlinya. Ada di antaranya sengaja tidak diuraikan dengan lebih lanjut karena sebagiannya adalah rahasia yang perlu dibicarakan secara khusus.

    MELAHIRKAN SEMULA BAYI MAKNAWI = MEMULANGKAN AMANAH ALLAH 

Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani adalah SULTANUL atau QUTUBUL AULIA’ yakni Penghulu segala Wali wali Allah, maka wajarlah kita dalam mencari JALAN PULANG menjadikan beliau sebagai salah satu SUMBER rujukan.

    Petikan dari kitab “SIRRUR ASRAR” .

Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani menamakan kandungan itu sebagai TIFLUL MA’ANI atau BAYI MAKNAWI dan menjelaskan bahwa istilah itu merujuk kepada RUHKU ALLAH yang disebutnya sebagai RUH  AL-QUDSI.

1.  Makhluk pertama yang diciptakan Allah (baca ditajallikan) adalah RUH MUHAMMAD diciptakan dari Cahaya JAMAL ULLAH.

2.  Ruh Muhammad adalah RUH YANG TERMURNI sebagai makhluk pertama dan ASAL seluruh makhluk. Dari Ruh Muhammad itulah Allah menciptakan semua ruh di Alam LAHUT yakni NEGERI ASAL bagi seluruh manusia. maka kita sebut kita ini sebagai UMAT MUHAMMAD.

3.  Selanjutnya ruh-ruh (perhatikan bukan ruh tetapi ruh ruh) diturunkan ke Alam TERENDAH dimasukkan pada makhluk terendah yakni JASAD setelah membuat PENGAKUAN dihari PERJANJIAN dimana Allah bertanya  “Alastu birabbikum” = Bukankah Aku ini Tuhanmu ? Ruh menjawab, Benar Engkaulah Tuhan kami..

4.  Proses turunnya (ruh) adalah setelah ruh diciptakan di Alam LAHUT , maka diturunkan ke Alam JABARUT dan DIBALUT dengan CAHAYA JABARUT sebagai pakaian antara DUA HARAM disebut sebagai RUH SULTANI.  Selanjutnya diturunkan lagi ke Alam MALAKUT dan dibalut dengan cahaya MALAKUT dinamakan sebagai RUH RUHANI. Kemudian diturunkan lagi ke Alam MULKI dan dibalut dengan CAHAYA Mulki dinamakan RUH JASMANI.

5.  Untuk KEMBALI (jalan pulang) ke negeri asalnya (Alam LAHUT) manusia perlu beribadah, maksudnya ibadah disini adalah MAKRIFATULLAH.  Makrifat terwujud bila manusia dapat melihat indahnya sesuatu YANG TERPENDAM dan TERTUTUP didalam RASA di LUBUK HATI disebut sebagai KUNZA MAHFIYYAN = terpendam dan tertutup,  firman Allah : “ Kuciptakan makhluk agar mereka MengenalKu”.

6.  Alam Makrifat = Alam Lahut = Negeri Asal kita = Tempat Ruh Al-Qudsi = Bayi Yang Perlu Dilahirkan semula = AKU

7.  Yang dimaksudkan dengan Ruh Al-Qudsi  adalah HAKEKAT MANUSIA yang disimpan di LUBUK HATI,  Keberadaannya akan diketahui dengan MENGAMALKAN secara TERUS MENERUS Kalimah Syahadah “La Ilaha Illallah”

8. Ahli tasauf menamakan Ruh Al-Qudsi dengan sebutan TIFLUL MAANI ( bayi maknawi ) karena ia dari MA’NAWIYAH QUDSIYYAH

    Pemberian nama TIFLUL MAANI didasarkan kepada :

1.  Ia lahir dari HATI seperti lahirnya bayi dari RAHIM ibu dan ia diurus dan dibesarkan hingga dewasa (dengan gerak rasa)

2.  Bayi bersih dari segala kotoran dosa lahirriyah. Tiflul Maani juga bersih dari SYIRIK dan GHAFLAH (lupa kepada Allah)

3.  Tiflul Ma’ani HALUS dan SUCI

4.  Ia BERWUJUD seperti RUPA MANUSIA (itu) juga karena MANISnya bukan karena kecilnya dan dilihat dari AWAL ADA-nya, ia adalah MANUSIA HAKIKI (yang sebenar-benarnya kita atau manusia = A-KU) karena Dialah YANG BERHUBUNGAN LANGSUNG DENGAN ALLAH. (jasad tak dapat berhubung dengan Allah secara langsung /terus-menerus)

5.  Firman Allah melalui Hadith Qudsi :

    “AKU punya waktu khusus dengan Allah, Malaikat terdekat , nabi dan rasul tidak akan memilikkinya”

    “Kamu sekalian akan melihat Tuhanmu saperti kamu melihat sinar bulan purnama”. 

Al-Quran :

    “Wajah wajah orang MUKMIN pada hari itu BERSER-SERI”.

Yang dimaksudkan dengan MALAIKAT TERDEKAT = RUH RUHANI yang diciptakan di alam Jabarut.

Bila segala sesuatu SELAIN RUH AL-QUDSI masuk ke Alam LAHUT maka pasti akan TERBAKAR.

Dalil dari Hadist Qudsi yang lainnya :

1.  ILMU BATIN adalah RAHASIA diantara RahasiaKu. Aku jadikan didalam HATI hamba hambaKu dan tidak ada MENEMPATINYA kecuali AKU.

2.  Aku ini BERADA pada SANGKAAN hambaKu. Aku bersamanya ketika dia MENGINGAT –Ku. Bila dia mengingatKu pada HATI-nya, Aku pun mengingatnya pada Dzat-Ku.


    “ T A F A K U R “

Yang dimaksudkan dengan Hadits ini adalah manusia pada WUJUD MANUSIA yaitu di alam TAFAKUR

Hadits Baginda Rasul :

“Tafakur sesaat lebih besar pahalanya daripada IBADAH 70 tahun” .

Dan berfikir tentang MAKRIFAT kepada Allah , maka nilai tafakurnya lebih daripada beribadah seribu tahun. Ini adalah ALAM MAKRIFAT yaitu ALAM TAUHID.

  Wajhillah = Wajah Allah dalam al-Quran

Ayat-ayat berikut yaitu :  (2:115), (2:272) , (30:38), (30:39) dan (76:9) mempunyai rahasia yang besar dari segi hiraki manusia , pentabiran Allah swt kepada para Khalifah-khalifahNya yang merupakan
golongan Khawasul Khawas.
Ulasan ringkas : Ayat pertama yang menyebut Wajah Allah ialah Al-Baqarah : 115

Sejak awal menyatakan bahwa kepunyaan Allah-lah Timur dan Barat yang menekankan bahwa untuk melihat Wajah Allah kita harus meletakkan diri kita sebagai hamba yang tidak punya apa-apa sebab semuanya hak Allah.

Ini diakhiri dengan Surah Al-Insan ayat (76 : 9)

  Yang menekankan agar manusia wajib melihat Wajah Allah dengan menggunakan 9 wajahnya.
    5 ayat di bawah ini menjadi sandaran penting untuk Melihat Wajah Allah :

1. Terkait dengan 5X sholat fardhu  = waktu yang wajib untuk memandang Wajah Allah
2.  Terkait dengan 5 Ulul azmi = Muhammad saw, Isa as, Musa as, Ibrahim as dan Nuh as, yang menjadi pemandu kepada “Al Ghauts/Kembali” dalam melaksanakan tugasnya sebagai Ketua Khalifah
3. Terkait dengan 5 Naqib kepada Al-Ghauts = Qutb, Qut Al Bilad, Qutb Al Aqtab , Qutb Al Irshad , Qutb Al Mutasarrif.
4. Di bawah setiap 5 Naqib itu masing –masing ada = 7Budala (diketuai Qutb),
7Nujuba’ (diketuai Qutb Al Bilad), 7Nuquba’ (diketuai Qutb Al Aqtab ), 7Awtad
(diketuai Qutb Al Irshad) dan 7Ahyar (diketuai Qutb Al Mutasarrif).
5. Walaupun ini menunjukkan satu hiraki tegak terdapat juga hiraki mendatar yaitu Qutb lebih tinggi dari Qutb Al Bilad lebih tinggi dari Qutb Al Aqtab lebih tinggi dari Qutb Al Irshad lebih tinggi dari Qutb Al Mutasarrif.
6. Dalam masyarakat kita selalu disebut tentang kewujudan 40 Abdal, maka sebenarnya semua mereka yang di bawah Al Ghauts ini ada 40 orang. Mereka juga disebut “Rijalul Ghaib” dan maqam mereka adalah As Siddiqun dan Al Muqarrabun.
7. Mereka semua (1+40 orang) senantiasa melaksanakan Solahud Da’im karena mereka pilihan Allah (Ahlullah) dan senantiasa memandang Wajah Allah.
8. Mereka dan para Wali-wali Allah yang lain mengajak dengan ayat  (12 : 108)
mendapat limpahan Rahmat dari Allah seperti yang disebut dalam surah Yunus (10 : 62)
9. Dibawah ini adalah 5 ayat yang di dalamnya terdapat uraian tentang  tugas para Khalifah Allah swt, yaitu :


1.  Al-Baqarah 2 : 115

    ”Dan kepunyaan Allahlah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap maka disitulah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Mahaluas (rahmatNya) lagi Mahamengetahui”.


2. Al-Baqarah 2 : 272

    “Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk (memberi taufik) siapa yang dikehendaki-Nya. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), maka pahalanya itu untuk kamu sendiri. Dan janganlah kamu membelanjakan sesuatu melainkan karena mencari keridaan Allah. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan, niscaya kamu akan diberi pahalanya dengan cukup sedang kamu sedikit pun tidak akan dianiaya (dirugikan)”.

3. Ar-Rum 30 : 38

    “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah), (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah.

#MAHADIRI

                      Laa illaha illa ALLAH
         ۞اللّٰهم صَلِّ عَلَی  مُحَمَّدٍ وَعَلَی آلِ مُحَمَّدٍ ﷺ۞
              Innaalillah Waainna ilai Hiroji'un
            Laahaulawaala Quwataa illa Billah
                             Hil ali Yil azim 

                        🙏🌹❤️💘❤️🌹🙏

TOPIK MINGGU

KEPENGURUSAN BALADHIKA KARYA KABUPATEN BANYUASIN

SURAT KEPUTUSAN : Nomor : SK/42/DEPIDER/BK/VI/2016. TENTANG KEPENGURUSAN BALADHIKA KARYA KABUPATEN BANYUASIN.  "MAJU TERUS PANTANG MUND...